Ketua PGRI Provinsi Sulbar, Haruna Rasyid.
MAMUJU – Kemendikbudristek RI mengeluarkan kebijakan menghapus pembagian jurusan IPA, IPS, dan jurusan Bahasa di tingkat SMA Sederajat. Kebijakan ini mulai diberlakukan pada tahun 2022 untuk sebagian SMA dan akan diberlakukan secara menyeluruh untuk semua SMA seluruh Indonesia pada tahun ajaran 2024-2025.
Penghapusan jurusan di tingkat SMA mendapat tanggapan dari berbagai kalangan salah satunya disampaikan Ketua Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) Provinsi Sulbar, Haruna Rasyid.
ia mengatakan, sebenarnya secara konsep tidak ada yang berubah dengan kebijakan penghapusan jurusan di SMA. Hanya saja, dari sisi penerapannya memang terasa sangat berbeda karena ketiga di kelas XI akan ada peminatan bagi siswa.
Haruna Rasyid menjelaskan, peminatan yang dipilih disesuaikan dengan jurusan yang akan dipilih siswa ketiga lanjut ke perguruan tinggi.
“Misalanya ada siswa ingin lanjut ke jurusan Kedokteran maka sejak di kelas XI siswa tersebut sudah fokus belajar pada pelajaran yang berkaitan dengan jurusan kedokteran sehingga saat masuk perguruan tinggi sudah punya basis pengetahun tentang kedokteran,” ungkap Haruna Rasyid saat di konfirmasi, Kamis (1/8/2024).
Ia mengungkapkan, penghapusan jurusan di SMA akan memudahkan siswa saat masuk ke jenjang perguruan tinggi karena memiliki basis pengetahuan sejak di SMA.
“Misalnya dia mau masuk di kedokteran maka dia memilih paket di mana siswa hanya akan belajar fokus mata pelajaran yang kira-kira sesuai dengan jurusan kedokteran, atau misalnya ada siswa ingin manajemen, maka paket yang disiapkan adalah fokus ke mata pelajaran yang khusus ke manajemen,” ucapnya.
Disisi lain, kata dia, kekurangannya dari sistim ini karena membutuhkan ketersedian tenaga pendidik yang memadai dengan berbagai jurusan.
Selain itu, ada kekhawatiran bila guru tidak benar-benar memahami akan konsep paket peminatan yang dipilih siswa, sehingga guru overdosis dalam memberikan pelajaran kepada siswa atau bisa jadi sebaliknya.
“Kita akan kesulitan dengan ketersediaan guru dan akan sulit ketemu antara keinginan siswa dengan orang tuanya karena orang tua sudah tidak memahami konsep spesifikasi tersebut,” pungkasnya. (Ns-01)